Minggu 7 Oktober 2018 saya iseng-iseng cobain naik kereta di Aceh. Kebetulan lagi main ke rumah kakek di Krueng Mane (masih sekitar 30 menit naik mobil ke Utara Lhokseumawe, Aceh). Stasiun Krueng Mane itu berjarak sekitar 20 menit jalan kaki dari rumah kakek.
Sudah jam 9 pagi tapi suasana Stasiun Krueng Mane masih sepi, padahal kereta berangkat jam 9.15. Hanya ada saya dan seorang ibu-ibu (menjelang nenek-nenek). Harga tiketnya Rp1.000. Ini yang benar saja, harga tiketnya serius hanya seribu perak? Si petugas wanita muda mengulang lagi, “Tiketnya seribu.” Saya beli satu tiket Krueng Mane – Krueng Geukuh.
Sekitar sepuluh menit sebelum jam keberangkatan, kereta tiba. Kok pendek banget, pikir saya. Hanya dua gerbong. Tapi keretanya bersih terawat. Kursinya depan-depanan saling menghadap, seperti Commuter Line di Jakarta.
Kami berdua naik (saya dan ibu-ibu tadi). Kereta berjalan on time 9.15.
Ohya, sebelum naik kereta, saya sempat ke Pantai Krueng Mane, melewati rel kereta. Di situ ada gerombolan kambing yang main-main di rel kereta. Terus waktu di kereta saya teringat kambing itu lalu tanya ke petugas, apa jalur ke Krueng Geukuh (tujuan saya) aman dari hewan? Ooh tentu tidak, jawab si petugas tegas.
Baru saja kemarin, ada warga yang mengikat sapinya di rel kereta. Waktu kereta lewat, ya si sapi panik dan lelompatan ke sana ke mari, melompati rel. Kalau dia diam saja, tenang di pinggir rel, tidak akan kena tabrak. Tapi ini masalahnya si sapi sudah terlanjur panik. Jadi, keretanya ngalah. Berhenti dulu, amankan sapi, baru kereta jalan lagi. Harga seekor sapi belum tentu ketutup dari hasil penjualan tiket kereta sebulan hehe.
Cerita serupa terjadi untuk kambing. Walau tidak diikat, tapi itu kambing diklaksonin kereta tetap tidak mau minggir. Mungkin karena lubang telinganya tertutup daun telinga, coba kelinci, mesti langsung lompat, karena daun telinganya tegak. Jadi kereta ngalah lagi, amankan kambing, baru kereta jalan lagi.
Saya tidak mengalami kasus sapi dan kambing, hanya cerita petugas. Yang saya alami justru orang nyeberang rel naik motor. Itu kejadian pas saya naik kereta hari ini. Jadi kereta terpaksa berhenti dulu karena ada ibu-ibu naik motor yang mau nyeberang rel tapi kesulitan, karena jalannya memang agak menanjak.
Kereta berhenti sambal klaksonin si ibu-ibu itu, maksudnya biar cepat nyeberangnya. Eh dia malah ragu-ragu. Nyeberang, enggak, nyeberang, enggak, ada kali 5 menit nungguin keputusan dia mau nyeberang apa enggak. Akhirnya gak nyeberang. Si ibu-ibu mundur. Lalu kereta bisa jalan lagi.
Saya tanya masinisnya, abang berarti enak dong kerjanya santai, wong sehari hanya tiga kali jalan, sekali jalan hanya sejam paling. Jadi sehari hanya kerja tiga jam? Iya, katanya. Tapi jadi masinis di Aceh ya bingung mau ke mana, tidak ada hiburan apa-apa. Beda dengan di Medan yang banyak pilihan hiburan, karena di kota. Jadi ternyata masinis di Aceh itu ditugaskan bergilir setiap bulan ganti. Mereka aslinya adalah masinis kereta di Medan.
Setelah sampa Krueng Geukuh, saya langsung ditawari naik kereta yang sama, kembali ke arah Krueng Mane, tapi tidak sampai Krueng Mane, hanya sampai Bungkaih alias hanya setengah perjalanan. Tiketnya juga sama, Rp1.000. Nah di perjalanan pulang ini saya ketemu sama ibu-ibu yang mau nyeberang tapi ragu-ragu tadi.
Turun di Bungkah, masinis yang nyetir kereta, yang tadi saya ajak ngobrol, mengarahkan saya, “Lewat jalan ini nanti ketemu jalan raya.” Saya jalan sesuai arahan. Tiba-tiba saya dengar klakson kereta. Tahu kan klakson kereta kan gede banget suaranya. Saya nengok ke tempat masinis, si masinis melambaikan tangan pamit mau parkir kereta. Ternyata itu klakson buat dadah sama saya. Seperti kita naik motor atau mobil, lalu pamit ke teman yang sudah kita antar, kan ngelaksonin. Tapi ini kereta, suaranya gede banget.
Lanjut dari Bungkaih saya lari dan sesekali jalan, sampai Krung Mane, sekitar 6 km. Sebetulnya banyak angkutan umum lewat, seperti labi-labi (semacam angkot), mini bus BE (Biereun Express), becak motor, dan L300. Banyaklah alternatifnya, karena itu adalah jalur lintas provinsi. Semua angkutan dari Medan ke Banda Aceh lewat situ. Tapi saya lebih memilih lari.
Enaknya lari/jalan itu, selain sehat, saya juga dapat mengamati aktivitas warga. Seperti adanya klinik bersalin gratis. Seperti anak-anak usia SMP yang berkumpul di warung kopi sambil pegang HP android masing-masing, mungkin main game. Seperti meunasah (semacam mushola/masjid) yang besar-besar dan bentuknya semua panggung. Seperti teguran-teguran untuk “piyoh” (silakan mampir) dari orang-orang ke saya, dll. Itu bonus dari lari, seru.
Video dokumentasi waktu naik kereta bisa dilihat di sini.
Lucu lucu sedih membaca pengalaman Kak Iqbal naik kereta di Aceh ini. Beda banget yah kondisinya sama CL nya Jabodetabek. Semoga ke depannya moda kereta di Aceh tetap ada dan masyarakatnya juga lebih antusias naik kereta yah, Kak.
Jauh banget bedanya, di CL kita berebut sampai kadang angkat 1 kaki gak bs turun lg. Di Aceh kita bs tiduran di bangku kereta
Campur aduk antara iba, lucu, dan jadi pengen ke sana menbaca pergulatan masinis dan segenap petugas setiap kali ada hewan yang nongkrong di rel.
http://Www.CeritaMaria.com
ayo sini cobain langsung 🙂
Pengalaman berharga ini menjadi informasi buat pembacanya. Terima kasih sudah berbagi. Ternyata di Aceh ada kereta dan tarifnya sangat murah. Semoga pegawai KAI nya tetap sejahtera.
Amiiin
Wow.. Ternyata.. Kambing dan Sapi bukan hanya penguasa jalan di wilayah Timur.. Tapi juga penguasa rel di wilayah Barat.. Hehe.. Semoga semakin maju KAI Indonesia.. !!!
Kenapa di Timur? ngalangin pesawat turun karena banyak sapi di bandara ya?
Alhamdulillah nggak sampe gitu.. Bahayaa..
Cuma sama.. Suka ngalangin jalan juga..
Lima menit nungguin keputusan Sang Ibu untuk menyeberang rel kereta. Lama juga ya…
Kalau di Jakarta, mungkin lima menit itu sudah melintas dua kereta api.
Iya Mas Ris, saya sampe beberapa kali berdiri duduk berdiri duduk karena mau lihat update ibu2 itu akhirnya memutuskan apa
Sayang kali aku sampai aku pindah dari Lhokseumawe, keretanya masih belum beroperasi padahal rel dan kereta sudah tersedia. Tiketnya murah kali pun cuma seribu ya…
Nanti pas pulang cobain cit
Waw murah bgt tiket kereta harga 1000 , tapi ngeri juga klo naik kereta sepi penumpang gitu hha
Di daerah punya nama unik angkutannya sendiri yaa 😁😁😁
Disana kereta bisa klakson bahkan berhenti dulu ya. Coba kalau di jakarta, si ibu², sapi sama kambing bisa wasalam diterabas commuter line.. 😅😅
Gak nyangka tiketnya murah bingits. Kirain tiket jakarta ke purwakarta itu paling murah, ternyata masih ada yg lebih paling murah lagi.. 😁
Keliatannya di Aceh rekor palng murah harga keretanya deh
Seru ya perjalanan kereta api di Aceh. Tulisan ini bikin bucket list apa yang akan saya lakukan atau yang harus kunjungi jika saya pulang kampung ke Aceh.
Siapa tahu dapat klakson dah dah dah dari masinis nya juga
Ayo Ifa ke Aceh…
Saya senyum senyum membayangkan pengalaman mas iqbal naik kereta api di Aceh. Eta teh tiket murah pisan. Belum lagi balada sapi atau kambing yang bisa kita temui di tengah perjalanan…atau klakson ‘perpisahan’ mas iqbal dengan sang masinis..Hemm
Main main ke Aceh mba Tuty
Di aceh kereta itu baru ya bang?
Kok bisa sepi begitu ya, apa waktu itu naik bukan di jam kerja kah?
Keretanya sudah ada beberapa tahun… Gak tau ya kenapa warga lokal kurang minat
keretanya ngalah. Berhenti dulu, amankan sapi, baru kereta jalan lagi. Harga seekor sapi belum tentu ketutup dari hasil penjualan tiket kereta sebulan hehe ngakakk banget gue… mana tiketnya murah naget gitu, ojek online aja lebih mahal
Iya murah bangeeet
Seru banget ceritanya. Naik kereta di Pulau Sumatera itu emang pengalamannya lain ya. Di klaksonin kereta sambil masinisnya dadah2, itu adegan kalau di film keretanya ada di pedalaman gitu, ditengah sawah. Jadi ngebayangin kereta uap yg jadul banget.
Ya ampun unik banget sih ceritanya. Itu kereta di Aceh bertolak belakang banget sama commuter line di jakarta yang penuhnya luar biasa. Dan tiket seharaga seribu itu, nggak nyangka deh semurah itu.
Aku iri… Andai tiap mau berangkat dan pulang kerja kondisinya bagaikan kereta di aceh sana… Uhuhuhu…. Tukeran apa warganya wkwk
Pengalaman berharga banget mas bisa ngobrol sama petugasnya, jadi banyak tahu cerita. Dengan tiket yang murah gitu cukup miris sih kenapa sepi peminatnya.
Mungkin orang lebih senang pakai motor sendiri kalau jaraknya cuma 20 km
KRD ya?? hampir sama kaya kereta sby-lamongan neh.. asek2 jos naek kereta api
Tiket keretanya kelewatan murah. Hahaah. Tapi sayang, enggak banyak peminatnya
Seru ya Kak perjalanan di Aceh dengan tiket kereta yang harganya lumayan bikin menganga karena murah sekali. Salut juga untuk bapak masinisnya, memilih untuk memberhentikan kereta agar tidak menabrak sapi, kambing, maupun ibu paruh baya. Terima kasih sudah berbagi cerita, Kak.
Sama2 Lisa
wahhhh…. akhirnya aktif lagi kereta di aceh 🙂
Iya bro
Kereeen, baru tau kereta tiketnya cuna seribu, kerta ngalah sama hewan dan motor. Ini ceritanya koq lucu banget yaa. Aceh salah satu bucket list aku nih Kak
Ayo cobain ke Aceh mba Yun
Eh baru tahu si abang ini orang Atjeh, hehe. Aku pernah ke Lhokseumawe, tapi ga pernah tahu ada jalur kereta yang bisa dinaikin. Kapan-kapan kalau ke sana lagi cobain aah..
Iya, jalurnya memang tersembunyi, gak keliatan dari jalan utama
jadi pengen merasakan sensasi naik kereta yang sesepi itu hahaha
Selama baca cerita ini saya ketawa2.. keretanya yang ngalah ama kambing dan sapi terus sama ibu2 naik motor. Belum lagi masinis yang klakson mau dadah2.. pengalaman yang unik banget
Iya Leny, gak ada duanya
yaa ampun kereta di sana mesti ngalah smaa kambing sama sapi, yaiyalah 1000 seorang yahhh kak. Ngakak asli bacanya