Meugang dan Masyarakat Aceh

meugang menjadi ajang silaturahim masyarakat Aceh
meugang menjadi ajang silaturahim masyarakat Aceh

Ada satu kebiasaan unik yang selalu dipegang masyarakat Aceh walaupun shock culture akibat Tsunami kemarin berefek cukup parah. Namanya meugang, yaitu kebiasaan berkumpul pada waktu satu hari menjelang lebaran haji atau satu hari menjelang puasa Ramadhan.

Semiskin-miskinnya orang Aceh, pasti akan mengusahakan tradisi meugang terlaksana. Agak berat bagi mereka yang miskin memang, karena dalam tradisi tersebut, masakan berbahan daging sapi lazimnya ada di atas meja. Tapi pasti mereka akan mengusahakannya dengan sangat.

Karena permintaan yang drastic pada beberapa hari tersebut, maka harga daging local naik bisa sampai dua kali lipatnya. Pada hari-hari biasa, harga daging berkisar di angka 55.000, saat meugang, 100.000 pun dibeli.

Dalam keadaan tersebut, produsen daging sapi dari luar Aceh pastinya tergiur dengan harga tersebut. Tapi sayangnya, hanya daging sapi Aceh yang diminati. Sapi Aceh memiliki kadar lemak yang rendah. Jelas karena asupan pakan yang diberikan berbeda dengan fedloter yang sangat komersil. Sapi-sapi di Aceh dilepas begitu saja. Tidak ada asupan konsentrat ini itu dengan komposisi sekian persen seperti yang fedloter lakukan. Hasilnya, kadar lemak sapi rendah sehingga rasanya lebih nikmat.

Terutama di kampung-kampung, sapi dibebaskan berkeliaran begitu saja tanpa ada yang menjaga. Saat umur saya 7 tahun, kami sekeluarga pulang kampung ke Pante Raja, sebuah kampung di bilangan Aceh Piddie. Saya ingat betul keadaan waktu itu. Pemandangan yang wajar kalau kita sedang bersantai-santai di teras depan rumah kemudian ada sapi yang lewat. Sapi yang lewat berikutnya meninggalkan bekas di jalan yang pastinya akan membuat seorang lelaki yang hendak bertamu ke rumah kekasihnya turun derajat kepercayaan dirinya kalau tidak hati-hati melangkah. Tabiat sapi tersebut sudah biasa.

Kembali ke meugang. Kebiasaan ini betul-betul sudah mendarah daging bagi orang yang besar di Aceh. Ketika mereka bepergian ke luar Aceh di hari meugang, sebisa mungkin mereka akan berkumpul dengan sesama orang Aceh kemudian merayakan meugang bersama sambil menghabiskan rendang yang dipegangnya.

Tradisi ini sangat bagus untuk memperkuat ukhuwah. Seperti tradisi-tradisi Aceh lainnya, meugang juga dibuat oleh tetua-tetua kami dulu berdasarkan nilai-nilai islam. Tradisi seperti ini baik selama tidak disalahartikan menjadi suatu kewajiban yang ketika ditinggalkan maka dosa akan melekat.

Penulis: Iqbal

cinta dunia jurnalistik dan rekayasa genatika...

Tinggalkan komentar